MY CITY KOTA DEPOK
Kebudayaan
Indonesia
adalah salah satu negara yang kaya akan ragam budayanya. Perbedaan
budaya ini menjadikan kita bangsa yang unik dengan motto Bhineka Tunggal Ika
“ walau berbeda tetapi tetap satu jua” . Tidak sulit menjumpai warna
warni budaya Indonesia, apalagi jika lokasi tempat tinggal Kita adalah
daerah multietnis seperti kota Jakarta, Depok dan Bekasi. Keragaman
budaya dapat terlihat jelas dimulai dari lingkungan rumah, karena kita
akan bertetangga dengan etnis lain seperti orang Jawa, Batak, Sunda
atau lainya.
Depok
adalah dalah satu daerah yang terletak di Jawa Barat. Lokasinya dekat
dengan Jakarta dan tidak terlalu jauh dari Bogor. Tak heran jika
sebagian besar warga Depok berasal dari Suku Betawi dan Sunda. Tetapi,
semenjak tahun 1990 an Depok ramai dikunjungi para pendatang karena
lokasinya yang dekat dengan Ibu Kota.
Depok
dahulu adalah kota kecamatan dalam wilayah Kabupaten Bogor, yang
kemudian mendapat status kota administratif pada tahun 1982. Sejak 20
April 1999, Depok ditetapkan menjadi kotamadya (sekarang: kota) yang
terpisah dari Kabupaten Bogor. Kota Depok terdiri atas 11 kecamatan,
yang dibagi menjadi 63 kelurahan.
Nama-nama
Kecamatan dan Kelurahan di Kota Depok ini sampai tahun 2010 merupakan
warisan budaya (Cultural Heritage) produk sosial masyarakat kota Depok,
baik yang memiliki nilai Lokal (penamaan dengan bahasa Betawi) maupun
yang memiliki nilai Regional (penamaan berbahasa Banten, Jawa, Sunda),
Nasional (penamaan Bahasa Indonesia), sertaInternasional (penamaan
dengan menggunakan bahasa Sanskerta, Latin; misal Tapos). Dari
pengidentifikasian bahasa setidaknya ada tujuh asal bahasa yang
digunakan sebagai bahan penamaan Kecamatan maupun Kelurahan di Kota
Depok dan jika dipaksakan ditambah satu bahasa lagi yaitu Bahasa Belanda
untuk Akronim nama Depok sendiri (masa kolonial).
Dari
sisi pembentukan kata untuk memberi nama kecamatan atau kelurahan,
masyarakat Depok lebih banyak terbukti menggunakan nama-nama yang
tersusun dari banyak kata (bentuk Jamak) dibandingkan nama-nama dengan
kata tunggal.
Dan
ciri yang lain yaitu tradisi penamaan kecamatan dan kelurahan di Kota
Depok lebih banyak menyukai nama-nama berdasar fenomena fisik geografis
(Natural, Abiotik) dibandingkan penamaan atas dasar biodiversitas
(flora, maupun atas dasar fenomena sosial.
Dan
walaupun depok termasuk kedalam wilayah atau provinsi jawa barat tapi
bahasa yang digunakan di daerah depok adalah bahasa betawi karena
kebanyakan orang depok adalah orang pindahan atau migrasi dari jakarta.
Dan
Suku Betawi itu sendiri berasal dari hasil perkawinan antaretnis dan
bangsa di masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang
Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa
yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang
atau suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta.
Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain
yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Arab,
Bali, Sumbawa, Ambon, Melayu dan Tionghoa.
Budaya
Jakarta merupakan budaya mestizo, atau sebuah campuran budaya dari
beragam etnis. Sejak zaman Belanda, Jakarta merupakan ibu kota Indonesia
yang menarik pendatang dari dalam dan luar Nusantara. Suku-suku yang
mendiami Jakarta antara lain, Jawa, Sunda, Minang, Batak, dan Bugis.
Selain dari penduduk Nusantara, budaya Jakarta juga banyak menyerap dari
budaya luar, seperti budaya Arab, Tiongkok, India, dan Portugis.
Suku
Betawi sebagai penduduk asli Jakarta agak tersingkirkan oleh penduduk
pendatang. Mereka keluar dari Jakarta dan pindah ke wilayah-wilayah yang
ada di provinsi Jawa Barat dan provinsi Banten. Budaya Betawi pun
tersingkirkan oleh budaya lain baik dari Indonesia maupun budaya barat.
Untuk melestarikan budaya Betawi, didirikanlah cagar budaya di Situ
Babakan.
Sifat
campur-aduk dalam dialek Betawi adalah cerminan dari kebudayaan Betawi
secara umum, yang merupakan hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan,
baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan
asing.
Ada
juga yang berpendapat bahwa suku bangsa yang mendiami daerah sekitar
Batavia juga dikelompokkan sebagai suku Betawi awal (proto Betawi).
Menurut sejarah, Kerajaan Tarumanagara, yang berpusat di Sundapura atau
Sunda Kalapa, pernah diserang dan ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya
dari Sumatera. Oleh karena itu, tidak heran kalau etnis Sunda di
pelabuhan Sunda Kalapa, jauh sebelum Sumpah Pemuda, sudah menggunakan
bahasa Melayu, yang umum digunakan di Sumatera, yang kemudian dijadikan
sebagai bahasa nasional.
Asumsi
kebanyakan orang tentang masyarakat Betawi ini jarang yang berhasil,
baik dalam segi ekonomi, pendidikan, dan teknologi. Padahal tidak
sedikit orang Betawi yang berhasil. Beberapa dari mereka adalah Muhammad
Husni Thamrin, Benyamin Sueb, dan Fauzi Bowo yang menjadi Gubernur
Jakarta saat ini .
Ada
beberapa hal yang positif dari Betawi antara lain jiwa sosial mereka
sangat tinggi, walaupun kadang-kadang dalam beberapa hal terlalu
berlebih dan cenderung tendensius. Orang Betawi juga sangat menjaga
nilai-nilai agama yang tercermin dari ajaran orangtua (terutama yang
beragama Islam), kepada anak-anaknya. Masyarakat Betawi sangat
menghargai pluralisme. Hal ini terlihat dengan hubungan yang baik antara
masyarakat Betawi dan pendatang dari luar Jakarta.
Orang
Betawi sangat menghormati budaya yang mereka warisi. Terbukti dari
perilaku kebanyakan warga yang mesih memainkan lakon atau kebudayaan
yang diwariskan dari masa ke masa seperti lenong, ondel-ondel, gambang
kromong, dan lain-lain.
Di depok pernah menjadi tempat singgah orang-orang belanda. Oleh karena
itu di deppok banyak sekali peninggalan peninggalan belanda yang masih
utuh sampai sekarang, contoh jembatan panus yang ada di depok lama, lalu
old house yang sekarang menjadi margo city pun bekas pembangunan ala
belanda.
(http://bioget.blogspot.com/2012/01/kebudayaan-depok.html)
Ciri Khas
Belimbing terpilih sebagai ikon kota Depok. Belimbing yang terkenal dari kota
Depok adalah belimbing dewa. Buahnya yang berwarna kuning-orange
keemasan, mengandung vitamin C dan A yang cukup tinggi. Rasa manisnya
dipercaya sebagai obat herbal penurun darah tinggi/hipertensi, kencing
manis, nyeri lambung, dan lain-lain. Belimbing sangat prospektif
dikembangkan di kota Depok dan kini telah menjadi buah unggulan kota
Depok. Selain itu belimbing di daerah ini juga sudah dibuat sebagai dodol bersama dengan jambu merah
Belimbing
Depok dikenal dengan Belimbing Dewa, Hasil buah karya petani penangkar
Depok Bapak H. Usman Mubin. Buah yang berwarna kuning-Orange keemasan,
mengandung vitamin C dan A yang cukup tinggi, buah besar dapat mencapai
0.8 Kg per buah, Rasa manis ditenggarai sebagi obat herbal penurun darah
tinggi/Hipertensi, Kencing Manis, Nyeri Lambung, dll, sangat Prospektif
dikembangkan di kota Depok dan kini telah menjadi buah unggulan kota
Depok karena secara komparatif Buah Belimbing Dewa Depok Lebih unggul
dibandingkan buah belimbing yang lainnya yang ada di Indonesia. Hal ini
diketahui pada setiap Event Lomba Buah Unggul dan pameran-pameran buah
Nasional serta Internasional, Buah Belimbing Dewa ini lebih unggul dan
selalu menjuarai sebagai buah unggul nasional versi Trubus. Potensi
pertanian Belimbing di Kota Depok Sampai Tahun 2006 Berjumlah 33.729
dengan total luas Areal 135 ha menyebar di wilayah kota Depok. Perkiraan
Tanaman Belimbing yang sudah Produktif dengan umur tanaman lebih dari 4
Tahun, Memiliki kapasitas produksi per tahun 100-150 Kg per pohon per
tahun. Tanaman produktif ini kurang lebih sekitar 27.500-28.000 pohon
terdapat di Depok.
Sehingga
perkiraan total produksi yang dihasilkan dari belimbing Depok berkisar
antara 2.700 Ton sampai 3.000 Ton per tahun, Sementara kapasitas
Produksi Belimbing jika diterapkan budidaya sesuai SOP Belimbing Dewa,
diharapkan produktifitas per pohon dapat mencapai 300 kg per tahun dan
jika diasumsikan harga per Kg Belimbing Berkisar antara Rp 4.000 – Rp
6.000, maka Omzet penjualan belimbing setiap tahun berkisar Rp 16 Miliar
sampai 24 Miliar per tahun. Nilai yang cukup besar untuk suatu produk
pertanian perkotaan.
Pertanaman
Belimbing di kota Depok banyak dikembangkan dilahan-lahan masyarakat
dan uniknya banyak juga dikembangkan disepanjang kali ciliwung,
contohnya di kel. Pondok Cina, Kel. Tugu dan kelurahan Kelapa Dua.
Sehingga pemandangan sepanjang kali Ciliwung menjadi indah dan asri
dengan keberadaan tanaman belimbing ini, hal ini berpotensi menjadi
kawasan Agrowisata Belimbing Depok di Sepanjang DAS Ciliwung. Sesuatu
potensi Sumber Daya Alam yang tak ternilai harganya, ditengah hiruk
pikuknya kemacetan jalan jalan di kota Depok.
Upaya lain dalam meningkatkan nilai tambah produk Belimbing adalah
pengolahan produk. Walaupun usaha pengolahan hortikultura di kota Depok
masih minim, akan tetapi sosialisasi pelatihan di bidang olahan untuk
memotivasi pengusaha mikro dibidang pengolahan dalam memproduksi olahan
hortikultura khususnya buah-buahan menjadi minuman segar terus
ditingkatkan. Kini mulai banyak pengusaha olahan di kota Depok yang
merintis untuk olahan produk holtikultura seperti buah belimbing dan
jambu biji merah diantaranya adalah Bapak Toni, Ibu Maria, Ibu Retno.
Toko Fresh e adalah salah satu toko buah segar di Jl. Margonda yang
telah melakukan kemitraan dengan Asosiasi Petani Belimbing Depok
(APEBEDE) dalam pemasaran buah belimbing, jambu dll. Walaupun kapasitas
penerimaan produk masih rendah sekitar 15-20 Kg per minggu, akan tetapi
perlu upaya mempertahankan kemitraan ini. Sehingga Petani memiliki
kemampuan untuk berkomitmen dengan pengusaha Ritel Buah Segar yang
selalu memenuhi 3 K (Kapasitas, Kontinuitas, dan Kualitas). PT Sewu
segar sebagai supplier buah belimbing untuk wilayah Jakarta dan Surabaya
telah membantu pemasaran Belimbing mencapai 1 Ton per bulan, dan
kapasitasnya akan terus ditingkatkan sesuai peningkatan hasil kualitas
belimbing dari para petani kota Depok dan dalam upaya pemenuhan kualitas
produk, para petani mulai menerapkan SOP GAP Belimbing DEWA, hal ini
juga dipicu dengan peluang pasar komoditas ini masih cukup besar, karena
keunggulan spesifik yang dimiliki belimbing Dewa Depok dan cukup
diminati konsumen. Peluang pasar Belimbing untuk kawasan Jabodetabek
mencapai angka 6.000 Ton per tahun.
Depok yang memiliki visi sebagai kota niaga dan jasa yang nyaman
diharapkan menjadi daerah yang nyaman bagi penduduknya. Kenyamanan
tersebut salah satunya dengan tetap mempertahankan ruang terbuka hijau
dan potensi lahan pertanian Belimbing yang produktif menjadi salah satu
pilihan dalam mempertahankan ruang terbuka hijau perkotaan. (sesuai
amanat UU Tata Ruang yaitu RTH perkotaan harus memuat 30% dari total
luas wilayah) sehingga kota Depok tetap memiliki komoditas unggulan yang
bernilai Kompetitif dan Komparatif khususnya komoditas hortikultura
yang merupakan sumber daya lokal (Base Resources) kota Depok yaitu
BELIMBING. Keunggulan spesifik ini yang musti dilestarikan, dan menjadi
ICON kota, Sehingga di masa mendatang kota Depok tetap memiliki
kebanggaan akan sumber daya alam yang potensial dari pengembangan produk
pertanian spesifik wilayah dan mendukung ruang terbuka hijau kota
Depok.
(http://septiannurpraditia.blogspot.com/2012/05/makanan-khas-kota-depok.html)